Proses-proses dan Fase-fase dalam Belajar Mengajar



Sampai sekarang terdapat 2 pendapat yang terus berkembang berebut pengaruh untuk diaplikasi terkait proses belajar. Proses belajar di sekolah dirancang ke dalam kurikulum. Kurikulum yang berlaku di sekolah SD, SMP, SMA, SMK  bermerk KTSP. Tulungagung mulai memberlakukan KTSP tahun ajaran 2007/2008. 


   Pendapat I yakin proses belajar terjadi karena ada reinforcement sebagai motivasi siswa agar terjadi perubahan tingkah laku (behaviorisme), proses belajar terjadi sesuai tingkat perkembangan biologis seseorang (maturasionisme). Behaviorisme menekankan ketrampilan atau tingkah laku sebagai tujuan pendidikan, sedangkan maturasionisme menekankan pengetahuan yang berkembang sesuai dengan usia. Kurikulum sebelum KBK atau KTSP menganut pendapat ini. Peran guru di sini aktif menyiapkan dan memberi pelajaran yang sesuai untuk memperkaya dan mempercepat perkembangan pengetahuan dan mental siswa.

      Pendapat ke II yakin proses belajar terjadi karena bentukan kita sendiri (selfcontructions). Pengetahuan yang kita dapat bukan karena meniru dan bukan pula menggambar realitas di luar diri kita tetapi dikonstruksi melalui proses membuat struktur, kategori, konsep, dan skema yang diperlukan untuk membentuk pengetahuan (konstruktivisme). Kurikulum yang diberlakukan sekarang KBK maupun KTSP menganut pendapat ini.

     Siswa dibimbing dan dilatih serta diberi kesempatan melakukan adaptasi kognitif. Sama halnya dengan setiap organisme tubuh harus beradaptasi secara fisik dengan lingkungan untuk dapat bertahan hidup, demikian juga struktur pemikiran siswa. Siswa dan kita semua berhadapan dengan tantangan, pengalaman, gejala baru, dan persoalan baru yang harus ditanggapi dan diselesaikan serta dipecahkan secaca kognitif (mental). Untuk itu, siswa dibimbing dan dilatih mengembangkan skema pikiran lebih umum menuju ke lebih rinci, atau perlu perubahan radikal untuk menjawab tantangan hidup dan menginterpretasikan pengalaman-pengalamannya.

1..Fase-Fase Belajar dan Proses-proses yang Terjadi

Secara Spikologis, pada umumnya ada 8 fase dalam belajar, dan pada masing-masing fase itu terjadi proses-proses.

a.  Fase Motivasi
·         Timbulnya motivasi (dorongan belajar) dalam diri mahasiswa.
·         Dua jenis motivasi :
                        (1). Motivasi Intrinsik
Dorongan yang timbul dalam diri   mahasiswa, karena stimulus (rangsangan) dari dalam dirinya sendiri. Stimulus itu antara lain minat, bakat, cita-cita, kepuasan melakukan sesuatu dengan berhasil.
                        (2). Motivasi Ekstrinsik
Dorongan yang timbuk dalam diri mahasiswa, karena  stimulus dari luar, seperti penghargaan atas kinerja, pujian, atau upah yang diberikan pihak lain.
·         Kedua motivasi itu sangat penting dalam belajar, tetapi motivasi
intrinsik yang paling penting (prinsip 1.3 dan 1.8 Perkuliahan Bermutu I). Apabila motivasi sudah timbul dalam diri mahasiswa, proses keinginan (untuk belajar) sudah terjadi.
·         Konsep “Pemenuhan Kebutuhan Pelanggan” adalah
      berdasarkan  teori motivasi.

b. Fase Pemerhatian
·           Pemerhatian:
Pemerhatian (pemberian) p-erhatian pada materi perkuliahan yang sedang (akan segera) disajikan. Ini timbul dengan baik setelah ada motivasi.
·           Ada tiga proses yang terjadi :
(1). Proses memperhatikan
(2). Proses menanggapi (memasukkan kedalam persepsi)
(3). Proses memahami.
·           Kuat-lemahnya proses-proses itu banyak bergantung pada cara
        penyajian materi kuliah, situasi belajar pengajar, dan motivasi dimaksud diatas

c. Fase Pemerolehan
·           Pemerolehan :
Proses memahami (memeroleh) arti materi kuliah, dan memasukkannya kedalam ingatan jangka pendek (short-term memory), dan dari sana akan disimpan dalam ingatan jangka panjang(long-term memory). Proses ini disebut juga pelambangan (encoding).
·            Dosen berperan penting dalam membuat kuat-lemahnya proses ini.

d. Fase Penyimpanan
·           Apa yang sudah dipahami dan dimasukkan kedalam ingatan
jangka pendek dimasukkan dalam ingatan jangka panjang kemudian, dan disimpan disana dalam jangka waktu yang lama.
·           Apa sesungguhnya yang terjadi dalam ingatan  jangka panjang tidak diketahui dengan jelas.
Yang pasti ialah bahwa kapasitas ingatan ini sangat besar.

e. Fase Pengingatan
·           Pengingatan :
Proses mengingat kembali apa yang telah dipelajari (disimpan dalam ingatan jangka panjang)
·           Pengingatan terjadi apabila ada tuntutan dari luar, misalnya, pertanyaan atau masalah yang dihadapi.
·           Dosen berperan penting dalam meningkatkan kemampuan (Kecepatan dan ketepatan) mahasiswa dalam pengingatan. Proses yang terjadi dalam pengingatan disebut juga pelepasan lambang (decoding).

f. Fase Generalisasi
·           Generalisasi :
Proses mengingat dan mempergunakan apa yang telah dipelajari. Dari segi bahasa, pada fase ini mahasiswa dapat menyatakan apa yang telah dipelajarinya dengan kata – kata (bahasa) sendiri secara baik . Fase inilah sesungguhnya tujuan akhir belajar. Kemampuan Generalisasi adalah indikator mutu pemahaman mahasiswa tentang materi kuliah. Pada fase ini juga berkembang daya kritis dan berpikir mandiri.
·           Fase ini disebut juga transfer (pengetahuan sudah menjadi milik mahasiswa).

g. Fase Kinerja
·           Ini adalah proses dimana mahasiswa membuktikan pemahamannya tentang materi kuliah melalui perbuatan (kinerja), seperti jawabnya atas pertanyaan dalam ujian, atau sikapnya dalam menghadapi masalah.

h. Fase Umpan Balik
·           Fase ini sesungguhnya sejalan dengan fase kinerja, karena dari kinerja diperoleh juga umpan balik.
·           Dalam fase ini mahasiswa mengetahui tingkat pemahamanya tentang materi kuliah dari kinerjanya sendiri, dalam arti hasil yang diperoleh dari kinerja kerja itu, seperti nilai ujian, respon yang diberikan dosen, dll.
·           Umpan balik berguna untuk peningkatan (perbaikan) mutu. Dari umpan balik dapat diketahui apa yang harus diperbaiki.
    
Urutan fase – fase diatas adalah yang umum (standar). Tetapi dapat juga terjadi bahwa urutan itu tidak diikuti, misalnya langsung ke fase pemerhatian atau pemerolehan. Perubahan ini dapat terjadi terutama karena situasi belajar mengajar yang dihadapi, termasuk cara – cara penyajian materi kuliah oleh dosen. Tetapi bagaimanapun, fase – fase tersebut perlu diperhatikan.

2. Fase – Fase dan Proses – Proses Dalam Mengajar.

Fase – fase dan proses – proses dalam mengajar disebut juga fase – fase dan proses – proses instruksional.
    
a. Fase Menimbulkan Motivasi
·           Langkah pertama dalam penyajian materi kuliah ialah memotivasi mahasiswa, antara lain dengan menjelaskan manfaat dan tujuan mata kuliah bagi mahasiswa,  menciptakan situasi M – M dikelas, dan mungkin juga dengan lelucon (Joke) berkenaan dengan mata kuliah bersangkutan.

b. Fase Mengarahkan Perhatian
·           Setelah adalah motivasi dalam diri mahasiswa, dosen dapat mulai mengarahkan perhatian mereka pada meteri kuliah, dengan menyajikannya secara jelas dan sistemati sehingga mudah diikuti dan dipahami.

c. Fase Membentuk Pemerolehan
·           Fase ini sesungguhnya sejalan dengan fase pemerhatian. Dalam proses ini dosen mempergunakan teknik – teknik penyajian yang efektif agar pemahaman mahasiswa mantap dan cepat masuk kedalam ingatan jangka pendeknya. Teknik yang efektif antara lain menggaris bawahi konsep – konsep penting atau menekankannya dengan suara atau kata – kata khusus, dengan mempergunakan alat peraga (gambar, dll) jika bendanya sendiri tak dapat ditujukan, atau dengan diagram, dan diskusi tim serta tanya jawab.

d. Fase Membentuk Penyimpanan
·           Pada fase ini dosen membantu mahasiswa memperoleh dan mempercepat proses penyimpanan pemahaman materi kuliah ke dalam ingatan jangka panjang. Teknik yang efektif antara lain ialah membuat rangkuman atau kesimpulan untuk dihapalkan mahasiswa, memberikan latihan (PR), dan juga diskusi tim. Berbagai  alat  bantu  ingatan  juga  perlu  dipergunakan  seperti  “ jembatan keledai” (singkatan khusus) dan kartu istilah (kartu dimana dituliskan istilah penting).

e. Fase Memperkuat Pengingatan
·           Mahasiswa harus dibuat mampu mengingat apa yang telah dipelajarinya setepat mungkin. Dosen perlu  mempergunakan teknik – teknik efektif untuk memperkuat pengingatan, antara lain kejelasan pengajian, pertanyaan yang tepat, latihan – latihan yang sistematis, pengulangan pelajaran, dan diskusi tim

f. Fase Memperkuat Generalisasi
·           Fase ini sangat penting, karena inilah indikator mutuperkuliahan dan mutu kemampuan mahasiswa . Teknik – teknik efektif harus dipergunakan oleh dosen dalam perkuliahan, seperti tes esei, menulis makalah, menguraikan sesuatu pertanyaan secara lisan.  Dan teknik yang paling efektif dan baik ialah diskusi. Itulah maka pengaktifan diskusi tim mahasiswa sangat penting karena kegiatan ini adalah latihan yang sangat baik dalam peningkatan kemampuan generalisasi melalui pembicaraan dan mendengarkan pembicaraan. Latihan membuat ringkasan atau kesimpulan bacaan juga teknik yang baik.

g. Fase Memantapkan Kinerja
·           Mahasiswa harus mampu mempergunakan pengetahuan untuk mengatasi masalah atau tantangan kehidupan. Dosen perlu berusaha menanamkan kemampuan ini. Teknik yang efektif untuk ini antara lain PR, tanya jawab dikelas, diskusi tim, berbagai tes, dan penulisan makalah. Dosen harus memeriksanya dan memberikan nilai sebagai penghargaan
                 
                  h. Fase Memantapkan Umpan Balik
·           Mahasiswa harus mampu meningkatkan mutu pengetahuan secara mandiri dengan memperbaiki kesalahan – kesalahan yang dilakukannya. Dosen juga harus membantu meningkatkan kemampuan ini, anatara lain dengan cara memeriksa PR dan ujian mahasiswa serta membicarakanya dikelas sehingga mahasiswa tahu mana yang benar dan mana yang salah. Hasil pemeriksaan itu adalah umpan balik. Diskusi tim mahasiswa  juga adalah tehnik yang sangat efektif untuk memperoleh umpan balik. Berbagai kelemahan disadari dan diperbaiki oleh mahasiswa melalui diskusi tim.
    
Kesimpulan
Sampai sekarang terdapat 2 pendapat yang terus berkembang berebut pengaruh untuk diaplikasi terkait proses belajar. Proses belajar di sekolah dirancang ke dalam kurikulum. Kurikulum yang berlaku di sekolah SD, SMP, SMA, SMK  bermerk KTSP. Tulungagung mulai memberlakukan KTSP tahun ajaran 2007/2008.
Secara Spikologis, pada umumnya ada 8 fase dalam belajar, dan pada masing-masing fase itu terjadi proses-proses, di antaranya yaitu :

Fase Motivasi
Fase Pemerhatian
Fase Pemerolehan
Fase Penyimpanan
Fase Pengingatan
Fase Generalisasi
Fase Kinerja, dan
Fase Umpan Balik

Sedangkan fase-fase dalam proses mengajar di antaranya adalah :

Fase Menimbulkan Motivasi
Fase Mengarahkan Perhatian
Fase Membentuk Pemerolehan
Fase Membentuk Penyimpanan
Fase Memperkuat Pengingatan
Fase Memperkuat Generalisasi
Fase Memantapkan Kinerja, dan
. Fase Memantapkan Umpan Balik

Daftar Pustaka

Muslih Usa, 1991, Pendidikan Islam di Indonesia, Antara Cita dan Fakta [Suatu Pengantar], Tiara Wacana, Yogyakarta.
Suyata, 1992, Penataan Kembali Pendidikan Islam pada Era Kemajuan Ilmu dan Teknologi, UNISIA No. 12 Th. XIII, UII, Yogyakarta.
Soeroyo, 1991, Berbagai Persoalan Pendidikan, Pendidikan Nasional dan Pendidikan Islam di Indonesia, Jurnal Ilmu Pendidikan Islam, Problem dan Prospeknya, Volume I, Fak. Tarbiyah IAIN Suka, Yogyakarta.
H.A.R. Tilaar, 1991, Sistem Pendidikan Nasional yang Kondusif Bagi Pembangunan Masyarakat Industri Modern Berdasarkan Pancasila, Makalah Utama Kongres Ilmu Pengetahuan Nasional V.

1. Definisi Proses Belajar
Proses adalah kata yang berasal dari bahasa latin “processus” yang berarti “berjalan ke depan”. Kata ini mempunyai konotasi urutan langkah atau kemajuan yang mengarah pada suatu sasaran atau tujuan. Menurut Chaplin (1972), proses vadalah: Any change in any object or organism, particulary a behaioral or psychological change (Proses adalah suatu perubahan khususnya yang menyangkut perubahan tingkah laku atau perubahan kejiwaan). Dalam psikologi belajar, proses berarti cara-cara atau langkah-langkah khusus yang dengannya beberapa perubahan ditimbulkan hingga tercapainya hasil-hasil tertentu (Reber, 1988).
Jika kita perhatikan ungkapan any change in any object or organism dalam definisi Chaplin di atas dan kata-kata “cara-cara atau langkah-langkah” (manners or operations) dalam definisi Reber tadi, istilah “tahapan perubahan” dapat kita pakai sebagai padanan kata proses. Jadi, proses belajar dapat diartikan sebagai tahapan perubahan perilaku kognitif, afektif, dan psikomotor yang terjadi dalam diri siswa. Perubahan tersebut bersifat positif alam arti berorientasi ke arah yang lebih maju daripada keasaan sebelumnya.
2. Tahap-tahap Dalam Proses Belajar
a. Menurut Jerome S. Bruner
Karena belajar itu merupakan aktivitas yang berproses, sudah tentu didalamnya terjadi perubahan-perubahan yang bertahap. Perubahan-perubahan tersebut timbul melalui tahap-tahap yang antara satu dengan lainnya bertalian secara berurutan dan fungsional. Menurut Burner, salah seorang penentang teori S-R Bond yang terbilang vokal (Barlow, 1985), dalam proses pembelajaran siswa menempuh tiga episode/ tahap, yaitu: 1) tahap informasi (tahap penerimaan materi); 2) tahap transformasi (tahap pengubahan materi); 3) tahap evaluasi (tahap penialain meteri)
Dalam tahap informasi, seorang siswa yang sedang belajar memperoleh sejumlah keterangan mengenai materi yang sedang dipelajari. Di antara informasi yang diperoleh itu ada yang sama sekali baru dan berdiri sendiri, ada pula yang berfungsi menambah, memperhalus, dan memperdalam pengeahuan yang sebelumnya telah dimiliki. Dalam tahap transformasi, informasi yang telah diperoleh itu dianalisis, diubah, atau ditransformasikan menjadi bentuk yang abstrak atau konseptual supaya kelak pada gilirannya dapat dimanfaatkan bagi hal-hal yang lebih luas. Bagi siswa pemula, tahap ini akan berlangsung sulit apabila tidak disertai dengan bimbingan anda selaku guru yang diharapkan kompeten dalam mentransfer strategi kognitif yang tepat untuk melakukan pembelajaran tertentu. Dalam tahap evaluasi, seorang siswa menilai sendiri sampai sejauh mana informasi yang telah ditransfornasikan tadi dapat dimanfaatkan untuk memahami gejala atau memecahkan masalah yang dihadapi. Tak ada penjelasan rinci mengenai sara evaluasi ini, tetapi agaknya analogdengan peristiwa retrieval untuk merespons lngkungan yang sedang dihadapi.
b. Menurut Arno F Wittig
Menurut Wittig (1981) dalam bukunya Psychology of learning, setiap proses belajar selalu berlangsung dalam tiga tahapan yaitu: 1) acquisition (tahap perolehan/penerimaan informasi); 2) storage (tahap penyimpanan informasi); 3) retrieval (tahap mendapatkan kembali informasi) Pada tingkatan acquisition seorang siswa mulai menerima informasi sebagai stimulus dan melakukan respons terhadapnya, sehingga menimbulkan pemahaman dan perilaku baru. Pada tahap ini terjadi pila asimilasi antara pemahaman dengan perilaku baru dalam keseluruhan perilakunya. Proses acquisition dalam belajar merupakan tahap paling mendasar. Kegagalan dalam tahap ini akan mengakibatkan kegagalan pada tahap-tahap berikutnya. Pada tingkatan storage seorang siswa secara otomatis akan mengalami proses penyimpanan pemahaman dan perilaku baru yang ia proleh ketika menjalani proses acquitision. Peristiwa ini sudah tentu melibatkan fungsi short term dan long term memori. Pada tingkatan retrieval seorang siwa akan mengaktifkan kembai fungsi-fungsi sistem memorinya, misalnya ketika ia menjawab pertanyaan atau memecahkan masalah. Proses retrieval pada dasarnya adalah upaya atau peristiwa mental dalam mengungkapkan dan memproduksi kembali apa-apa yang tersimpan dalam memori berupa informasi, simbol, pemahaman, dan perilaku tertentu sebagai respons atau stimulus yang sedang dihadapi.

sebelum kita membahas tentang Fase fase dalam proses belajar sebelumya saya ingin mengulang tentang pengertian dan proses belajar , proses belajar adalah tahapan tahapan perubahan perilaku kognitif, afektif, dan psikomotor yang terjadi dalam siswa atau individu, perubahan tersebut bersifat positif dalam arti yang lebih maju, dan berikut ini Fase fase dalam proses belajar atau tahapan tahapan dalam belajar, menurut beberapa ahli, yang pertama menurut jerom S. Burner, dalam proses belajar siswa atau individu menempuh tiga fase yaitu:
1. Fase informasi (tahap penerimaan informasi)
seorang siswa atau individu yang sedang belajaq memperoleh sejumlah keterangan /informasi mengenai materi yang sedang dipelajari, diantara informasi yang diperoleh itu ada yang baru dan bersifat berdiri sendiri ada juga yang berfungsi menambah, memperluas, dan memperdalam pengetahuan yang dimiliki.
2. Fase transformasi (tahap pengubahan materi)
informasi yang telah diperoleh dianalisis, diubah kebentuk yang abrtrak ,supaya dapat di manfaatkan bagi hal hal yang luas,
3. Fase evaluasi (tahap penilaian)
siswa atau individu akan menilai sendiri sejauh mana pengetahuan dimanfaatkan untuk memecahkan masalah.
Yang kedua menurut witting (1981) dalam bukunya psychology of learning setiap proses belajar selalu berlangsung dalam fase fase atau tahapan tahapan yang mencakup..
1. Acquisition (tahap perolehan /penerimaan informasi)
2. Storage (tahap penyimpanan informasi)
3. Retrival (tahap mendapat kan kembali informasi.)
sekian posting saya kali ini tentang Fase fase dalam proses belajar semoga apa yang saya sampaikan bermanfaat buat temen2 semua,

fase-fase, proses, efisiensi, efektifitas belajar


BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Menurut asal katanya, psikologi berasal dari bahasa Yunani; Psyche yang artinya jiwa, dan logos berarti ilmu. Jadi secara harfiah psikologi berarti ilmu jiwa. Menurut Rene Descartes (1596-1650) ilmu jiwa adalah ilmu tentang kesadaran. Ilmu jiwa adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku manusia dalam hubungannya dengan lingkungannya.
Defenisi dari belajar yaitu “Mengubah atau memperbaiki tingkah laku melalui latihan, pengalaman dan kontak dengan lingkungan”. Belajar Pendidikan adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan
Cuplikan tersebut penulis akan kupas dipembahasan berikutnya. Oleh karena itu, perlu mempersiapkan mahasiswanya sedini mungkin guna menghadapi pemahaman tentang fase, proses, efisiensi, efektifitas belajar  tersebut dan agar terciptanya sosok mahasiswa yang cerdik dalam pemahaman materi tersebut..
Memang disadari makalah tersebut dianggap amat sangat perlu sekali dipelajari oleh Mahasiswa. Karena dengan penguasaan dari ilmu-ilmu tersebut diharapkan Mahasiswa mempunyai modal guna mengajarkan disekolah formal atau non formal.
B.       Perumusan Masalah
Uraian latar belakang masalah tersebut, dapat diklasifikasikan bahwa rumusan masalah adalah:
1.      Pengertian Ilmu Jiwa Belajar.
2.      Fase-fase Belajar
3.      Proses Belajar
4.      Efisiensi Belajar
5.      Efektifitas Belajar

BAB II
PEMBAHASAN

A.      Pengertian Ilmu Jiwa Belajar [1]
Menurut asal katanya, psikologi berasal dari bahasa Yunani; Psyche yang artinya jiwa, dan logos berarti ilmu. Jadi secara harfiah psikologi berarti ilmu jiwa. Menurut Rene Descartes (1596-1650) ilmu jiwa adalah ilmu tentang kesadaran. Ilmu jiwa adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku manusia dalam hubungannya dengan lingkungannya.
Defenisi dari belajar yaitu “Mengubah atau memperbaiki tingkah laku melalui latihan, pengalaman dan kontak dengan lingkungan”. Belajar Pendidikan adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan.
B.       Fase-Fase Belajar [2]
Secara Spikologis, pada umumnya ada 8 fase dalam belajar
a.  Fase Motivasi
            Timbulnya motivasi (dorongan belajar) dalam diri mahasiswa. Ada Dua jenis motivasi :
(1). Motivasi Intrinsik
Dorongan yang timbul dalam diri   mahasiswa, karena stimulus (rangsangan) dari dalam dirinya sendiri. Stimulus itu antara lain minat, bakat, cita-cita, kepuasan melakukan sesuatu dengan berhasil.
(2). Motivasi Ekstrinsik
Dorongan yang timbuk dalam diri mahasiswa, karena  stimulus dari luar, seperti penghargaan atas kinerja, pujian, atau upah yang diberikan pihak lain.
b. Fase Pemerhatian
Pemerhatian pada materi perkuliahan yang sedang (akan segera) disajikan. Ini timbul dengan baik setelah ada motivasi. Ada tiga proses yang terjadi :
(1). Proses memperhatikan
(2). Proses menanggapi (memasukkan kedalam persepsi)
(3). Proses memahami.
c. Fase Pemerolehan
Proses memahami (memeroleh),  memasukkannya kedalam ingatan jangka pendek (short-term memory), dan dari sana akan disimpan dalam ingatan jangka panjang (long-term memory). Proses ini disebut juga pelambangan (encoding).
d. Fase Penyimpanan
Apa yang sudah dipahami dan dimasukkan kedalam ingatan jangka pendek dimasukkan dalam ingatan jangka panjang kemudian, dan disimpan.
e. Fase Pengingatan
Proses mengingat kembali apa yang telah dipelajari (disimpan dalam ingatan jangka panjang)
f. Fase Generalisasi
Fase inilah sesungguhnya tujuan akhir belajar. Kemampuan Generalisasi adalah indikator mutu pemahaman mahasiswa tentang materi kuliah.
g. Fase Kinerja
proses dimana mahasiswa membuktikan pemahamannya tentang materi kuliah melalui perbuatan (kinerja), seperti jawabnya atas pertanyaan dalam ujian, atau sikapnya dalam menghadapi masalah.
h. Fase Umpan Balik
Fase ini sesungguhnya sejalan dengan fase kinerja, karena dari kinerja diperoleh juga umpan balik.Umpan balik berguna untuk peningkatan (perbaikan) mutu. Dari umpan balik dapat diketahui apa yang harus diperbaiki.
C.      Proses Belajar
Definisi Proses Belajar[3], Proses adalah kata yang berasal dari bahasa latin processus yang berarti berjalan kedepan, proses adalah suatu perubahan khususnya yang menyangkut perubahan tingkah laku atau perubahan kejiwaan. Dalam psikologi belajar, proses berarti cara-cara atau langkah-langkah khusus yang dengannya beberap perubahan ditimbulkan hingga tercapainya hasil-hasil tertentu.
Proses belajar merupakan sesuatu yang sangat penting di dalam kehidupan seseorang, karena dengan belajar seseorang baru akan mampu membuat perubahan di dalam hidupnya.
faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi proses belajar, seperti:
1.      Kemampuan pembawaannya
Karena kita ketahui bahwasannya tidak ada dua orang yang sama pembawaannya. Juga di dalam kemanpuan tiap orang mempunnyai potensi kemampuan sendiri-sendiri.
2.      Kondisi Fisiknya
Orang yang belajar tidak terlepas dari kondisi fisiknya. Menurut penyelidiakn yang telah dilakukan oleh saah seorang mahasiswa FIP UGM yogyakarta ternyata kondisi fisik mempengaruhi belajar anak.
3.      Kondisi Psikis Anak
Selain kondisi fisik, kondisi psikis juga harus diperhatikan, keadaan psikis yang kurang baik banyak sebabnya, mungkin ditimbulkan oleh keadaan fisik yang tidak baik, sakit, cacat, mungkin disebabkan oleh gangguan atau keadaan lingkungan
4.      Kemauan Belajar
Kemauan ini memegang peranan yang penting didalam belajar. Adanya kemauan dapat mendoroang belajar dan sebaliknya tidak ada kemauan dapat memperlemah belajar.
5.      Sikap pelajar terhadap guru, mata pelajaran dan pengertian mereka mengenai kemajuan mereka sendiri
6.      Bimbingan
Di dalam belajar anak membutuhkan bimbingan. Bimbingan ini perlu diberikan untuk mencegah usaha-usaha yang membuta, hingga anak tidak mengalami kegagalan, melainkan dapat membawa kesuksesan. Bimbingan dapat menghindarkan kesalahan dan memperbaikinya.
Ruang lingkup mengenai proses belajar adalah
1)    Tahap perbuatan belajar
2)    Perubahan-perubahan jiwa yang terjadi selama belajar
3)    Pengaruh pengalaman belajar terhadap perilaku individu
4)    Pengaruh motivasi terhadap perilaku belajar.
       5)    Signifikasi perbedaan individual  dalam kecepatan memproses kesan dan keterbatasan kapasitas individu dalam belajar
6)    Masalah proses lupa dan kemampuan individu mempelajari melalui transfer belajar.
D.      Efisiensi Belajar [4]
ada dua macam Efisiensi hasil Belajar, yaitu:
1.    Efisiensi usaha belajar
Suatu kegiatan belajar dapat dikatakan efisien kalau prestasi belajar yang diinginkan dapat dicapai dengan usahayang minimal. seperti: tenaga dan pikiran, waktu, peralatan belajar, dan lain-lain.
2.    Efisiensi hasil belajar
sebuah kegiatan belajar dapat pula dikatakan efisien apabila dengan usaha belajar tertentu dapat memberikan prestasi belajar yang tinggi.
Ada beberapa factor yang mempengaruri keefisienan belajar, yaitu :
1.    Kemampuan pembawaannya
Karena kita ketahui bahwasannya tidak ada dua orang yang sama pembawaannya. Juga di dalam kemanpuan tiap orang mempunnyai potensi kemampuan sendiri-sendiri.
2.    Kondisi Fisiknya
Orang yang belajar tidak terlepas dari kondisi fisiknya. Menurut penyelidikan ternyata kondisi fisik mempengaruhi belajar anak.
3.    Kondisi Psikis Anak
Selain kondisi fisik, kondisi psikis juga harus diperhatikan, keadaan psikis yang kurang baik banyak sebabnya, mungkin ditimbulkan oleh keadaan fisik yang tidak baik, sakit, cacat, mungkin disebabkan oleh gangguan atau keadaan lingkungan
4.    Kemauan Belajar
Kemauan ini memegang peranan yang penting didalam belajar. Adanya kemauan dapat mendoroang belajar dan sebaliknya tidak ada kemauan dapat memperlemah belajar.
5.    Sikap pelajar
Sikap pelajar terhadap guru, mata pelajaran dan pengertian mereka mengenai kemajuan mereka sendiri
6.    Bimbingan
Di dalam belajar anak membutuhkan bimbingan. Bimbingan ini perlu diberikan untuk mencegah usaha-usaha yang membuta, hingga anak tidak mengalami kegagalan, melainkan dapat membawa kesuksesan. Bimbingan dapat menghindarkan kesalahan dan memperbaikinya.
E.       Efektifitas Belajar [5]
Pengertian belajar efektif adalah suatu aktivitas yang dilakukan secara sadar untuk mendapatkan sejumlah kesan dari bahan yang telah dipelajari, Menurut James O. Wittaker belajar dapat didefinisikan sebagai proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman. sedangkan menurut Cronbach belajar yang efektif adalah melalui penglaman. Dan menurut Howard L. Kingsley belajar adalah proses dimana tingkah laku (dalam arti luas) ditimbulkan atau diubah melalui praktek dan latihan.
a.    Beberapa macam-macam belajar efektif, yaitu:
ü  Bertanggung jawab atas dirimu sendiri.
Tanggung jawab merupakan tolok ukur sederhana di mana kamu sudah mulai berusaha menentukan sendiri prioritas, waktu dan sumber-sumber terpercaya dalam mencapai kesuksesan belajar.
ü  Pusatkan dirimu terhadap nilai dan prinsip yang kamu percaya.
Tentukan sendiri mana yang penting bagi dirimu. Jangan biarkan teman atau orang lain mendikte kamu apa yang penting.
ü  Kerjakan dulu mana yang penting.
Kerjakanlah dulu prioritas-prioritas yang telah kamu tentukan sendiri. Jangan biarkan orang lain atau hal lain memecahkan perhatianmu dari tujuanmu.
ü  Anggap dirimu berada dalam situasi "co-opetition" (bukan situasi "win-win" lagi).
"Co-opetition" merupakan gabungan dari kata "cooperation" (kerja sama) dan "competition" (persaingan). Jadi, selain sebagai teman yang membantu dalam belajar bersama dan banyak memberikan masukkan/ide baru dalam mengerjakan tugas, anggaplah dia sebagai sainganmu juga dalam kelas. Dengan begini, kamu akan selalu terpacu untuk melakukan yang terbaik (do your best) di dalam kelas.
ü  Pahami orang lain, maka mereka akan memahamimu.
Ketika kamu ingin membicarakan suatu masalah akademis dengan guru/dosenmu, misalnya mempertanyakan nilai matematika atau meminta dispensasi tambahan waktu untuk mengumpulkan tugas, tempatkan dirimu sebagai guru/dosen tersebut. Nah, sekarang coba tanyakan pada dirimu, kira-kira argumen apa yang paling pas untuk diberikan ketika berada dalam posisi guru/dosen tersebut.
ü  Cari solusi yang lebih baik.
Bila kamu tidak mengerti bahan yang diajarkan pada hari ini, jangan hanya membaca ulang bahan tersebut. Coba cara lainnya. Misalnya, diskusikan bahan tersebut dengan guru/dosen pengajar, teman, kelompok belajar atau dengan pembimbing akademismu. Mereka akan membantumu untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik.
ü  Tantang dirimu sendiri secara berkesinambungan.
Dengan cara ini, belajar akan terasa mengasyikkan, dan mungkin kamu mendapatkan ide-ide yang cemerlang.
b.    Langkah-langkah belajar efektif [6] adalah
  • diri sendiri
  • kemampuan belajar anda
  • proces yang berhasil anda gunakan, dan dibutuhkan
  • minat, dan pengetahuan atas mata pelajaran anda inginkan
c.    Cara belajar efektif [7]
Cara Belajar Efektif  Tidak ada dua orang yang belajar dengan cara yang sama, dan ada sedikit keraguan bahwa cara untuk satu orang mungkin tidak efektif bagi orang lain. Namun, ada beberapa teknik umum yang tampaknya menghasilkan hasil yang baik. Akan sangat menarik jika belajar itu tidak di anggap bekerja tetapi kesenangan.
v  Mengatur Jadwal
Bahkan sebelum Anda mulai berpikir tentang proses belajar, Anda harus mengembangkan jadwal. Jika Anda tidak memiliki jadwal atau rencana untuk belajar
v  Tempat Yang Tepat Untuk belajar
Anda bisa belajar di mana saja. Jelas, beberapa tempat lebih baik daripada yang lain adalah Perpustakaan atau kamar pribadi yang terbaik.
v  Keterampilan berpikir
Setiap orang memiliki kemampuan berpikir, tetapi gunakan sedikit secara efektif. keterampilan berpikir yang efektif tidak dapat dipelajari, tetapi harus dibangun selama jangka waktu tertentu.
v  Ajukan Pertanyaan
Mengajukan pertanyaan untuk belajar. Hal-hal penting untuk belajar biasanya jawaban atas pertanyaan. Pertanyaan harus mengarah pada penekanan pada apa, mengapa, bagaimana, kapan, siapa dan di mana isi studi.
v  Membaca
Sebuah cara utama dengan mana Anda mendapatkan informasi adalah melalui membaca. Di perguruan tinggi Anda diharapkan untuk membaca lebih banyak daripada di sekolah tinggi. Jangan berasumsi hanya karena Anda telah “membaca” tugas yang adalah akhir dari itu.
v  Ucapkan
Ketika Anda membaca, Anda berhenti membaca secara berkala untuk mengingat apa yang Anda baca.
v  Mencatat
Seperti membaca, mencatat adalah keterampilan yang harus dipelajari dan disempurna kan. Hampir selalu, mencatat, atau kurangnya, adalah kekurangan konstan dalam metode studi. Belajar bahan catatan baik mengambil agak mudah, menerapkannya untuk situasi Anda sendiri tergantung pada seberapa serius.
v  Garis Tulisan atau Menandai Tulisan yang di Baca
Pertama-tama, jangan menggarisbawahi. Gunakan stabilo. Pengalaman menunjukkan bahwa bagian-bagian teks yang disorot lebih mudah diingat daripada bagian yang sama digarisbawahi.

BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Ø  Ilmu jiwa adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku manusia dalam hubungannya dengan lingkungannya.
Ø  Defenisi dari belajar yaitu “Mengubah atau memperbaiki tingkah laku melalui latihan, pengalaman dan kontak dengan lingkungan”.
Ø  Fase-Fase Belajar
§  Fase Motivasi
(1). Motivasi Intrinsik
(2). Motivasi Ekstrinsik
§  Fase Pemerhatian
(1). Proses memperhatikan
(2). Proses menanggapi (memasukkan kedalam persepsi)
(3). Proses memahami.
§  Fase Pemerolehan
§  Fase Penyimpanan
§  Fase Pengingatan
§  Fase Generalisasi
§  Fase Kinerja
§  Fase Umpan Balik
Ø  psikologi proses belajar berarti cara-cara atau langkah-langkah khusus yang dengannya beberap perubahan ditimbulkan hingga tercapainya hasil-hasil tertentu.
Ø  macam Efisiensi hasil Belajar, yaitu:
·      Efisiensi usaha belajar
·      Efisiensi hasil belajar
Ø  Factor-factor keefisienan belajar, yaitu: kemampuan pembawaannya, kondisi fisiknya, kondisi psikis anak, kemauan belajar, sikap pelajar, bimbingan
Ø  belajar efektif adalah suatu aktivitas yang dilakukan secara sadar untuk mendapatkan sejumlah kesan dari bahan yang telah dipelajari.

B.       Saran
Setelah kita membaca dan mengetahui semua hal mengenai uraian diatas yang tempatnya salah dan khilaf. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ilmu jiwa belajar ini yang berjudul fase, proses, efisiensi, efektifitas belajar masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca setia dan sebagai bekal untuk penulis pembelajaran agar kedepannya lebih baik dalam penyusunan makalah.
 
DAFTAR PUSTAKA









  • Blogger Comments
  • Facebook Comments
Item Reviewed: Proses-proses dan Fase-fase dalam Belajar Mengajar Rating: 5 Reviewed By: stzuriah.blogger.com