Sampai sekarang terdapat 2 pendapat
yang terus berkembang berebut pengaruh untuk diaplikasi terkait proses belajar.
Proses belajar di sekolah dirancang ke dalam kurikulum. Kurikulum yang berlaku
di sekolah SD, SMP, SMA, SMK bermerk KTSP. Tulungagung mulai
memberlakukan KTSP tahun ajaran 2007/2008.
Pendapat
I yakin proses belajar terjadi karena ada reinforcement sebagai motivasi siswa
agar terjadi perubahan tingkah laku (behaviorisme), proses belajar terjadi
sesuai tingkat perkembangan biologis seseorang (maturasionisme). Behaviorisme
menekankan ketrampilan atau tingkah laku sebagai tujuan pendidikan, sedangkan
maturasionisme menekankan pengetahuan yang berkembang sesuai dengan usia.
Kurikulum sebelum KBK atau KTSP menganut pendapat ini. Peran guru di sini aktif
menyiapkan dan memberi pelajaran yang sesuai untuk memperkaya dan mempercepat
perkembangan pengetahuan dan mental siswa.
Pendapat ke II yakin proses
belajar terjadi karena bentukan kita sendiri (selfcontructions). Pengetahuan
yang kita dapat bukan karena meniru dan bukan pula menggambar realitas di luar
diri kita tetapi dikonstruksi melalui proses membuat struktur, kategori,
konsep, dan skema yang diperlukan untuk membentuk pengetahuan
(konstruktivisme). Kurikulum yang diberlakukan sekarang KBK maupun KTSP
menganut pendapat ini.
Siswa dibimbing
dan dilatih serta diberi kesempatan melakukan adaptasi kognitif. Sama halnya
dengan setiap organisme tubuh harus beradaptasi secara fisik dengan lingkungan
untuk dapat bertahan hidup, demikian juga struktur pemikiran siswa. Siswa dan
kita semua berhadapan dengan tantangan, pengalaman, gejala baru, dan persoalan
baru yang harus ditanggapi dan diselesaikan serta dipecahkan secaca kognitif
(mental). Untuk itu, siswa dibimbing dan dilatih mengembangkan skema pikiran
lebih umum menuju ke lebih rinci, atau perlu perubahan radikal untuk menjawab
tantangan hidup dan menginterpretasikan pengalaman-pengalamannya.
1..Fase-Fase Belajar dan Proses-proses
yang Terjadi
Secara Spikologis, pada umumnya ada 8
fase dalam belajar, dan pada masing-masing fase itu terjadi proses-proses.
a. Fase Motivasi
·
Timbulnya
motivasi (dorongan belajar) dalam diri mahasiswa.
·
Dua
jenis motivasi :
(1). Motivasi Intrinsik
Dorongan yang timbul dalam
diri mahasiswa, karena stimulus (rangsangan) dari dalam dirinya
sendiri. Stimulus itu antara lain minat, bakat, cita-cita, kepuasan melakukan
sesuatu dengan berhasil.
(2). Motivasi Ekstrinsik
Dorongan yang timbuk dalam diri
mahasiswa, karena stimulus dari luar, seperti penghargaan atas kinerja,
pujian, atau upah yang diberikan pihak lain.
·
Kedua
motivasi itu sangat penting dalam belajar, tetapi motivasi
intrinsik yang paling penting (prinsip
1.3 dan 1.8 Perkuliahan Bermutu I). Apabila motivasi sudah timbul dalam diri
mahasiswa, proses keinginan (untuk belajar) sudah terjadi.
·
Konsep
“Pemenuhan Kebutuhan Pelanggan” adalah
berdasarkan teori motivasi.
b. Fase Pemerhatian
·
Pemerhatian:
Pemerhatian (pemberian) p-erhatian pada
materi perkuliahan yang sedang (akan segera) disajikan. Ini timbul dengan baik
setelah ada motivasi.
·
Ada
tiga proses yang terjadi :
(1). Proses memperhatikan
(2). Proses menanggapi (memasukkan
kedalam persepsi)
(3). Proses memahami.
·
Kuat-lemahnya
proses-proses itu banyak bergantung pada cara
penyajian materi kuliah, situasi belajar pengajar, dan motivasi dimaksud diatas
c. Fase Pemerolehan
·
Pemerolehan
:
Proses memahami (memeroleh) arti materi
kuliah, dan memasukkannya kedalam ingatan jangka pendek (short-term memory),
dan dari sana akan disimpan dalam ingatan jangka panjang(long-term memory).
Proses ini disebut juga pelambangan (encoding).
·
Dosen
berperan penting dalam membuat kuat-lemahnya proses ini.
d. Fase Penyimpanan
·
Apa
yang sudah dipahami dan dimasukkan kedalam ingatan
jangka pendek dimasukkan dalam ingatan
jangka panjang kemudian, dan disimpan disana dalam jangka waktu yang lama.
·
Apa
sesungguhnya yang terjadi dalam ingatan jangka panjang tidak diketahui
dengan jelas.
Yang pasti ialah bahwa kapasitas
ingatan ini sangat besar.
e. Fase Pengingatan
·
Pengingatan
:
Proses mengingat kembali apa yang telah
dipelajari (disimpan dalam ingatan jangka panjang)
·
Pengingatan
terjadi apabila ada tuntutan dari luar, misalnya, pertanyaan atau masalah yang
dihadapi.
·
Dosen
berperan penting dalam meningkatkan kemampuan (Kecepatan dan ketepatan)
mahasiswa dalam pengingatan. Proses yang terjadi dalam pengingatan disebut juga
pelepasan lambang (decoding).
f. Fase Generalisasi
·
Generalisasi
:
Proses mengingat dan mempergunakan apa
yang telah dipelajari. Dari segi bahasa, pada fase ini mahasiswa dapat
menyatakan apa yang telah dipelajarinya dengan kata – kata (bahasa) sendiri
secara baik . Fase inilah sesungguhnya tujuan akhir belajar. Kemampuan
Generalisasi adalah indikator mutu pemahaman mahasiswa tentang materi kuliah.
Pada fase ini juga berkembang daya kritis dan berpikir mandiri.
·
Fase
ini disebut juga transfer (pengetahuan sudah menjadi milik mahasiswa).
g. Fase Kinerja
·
Ini
adalah proses dimana mahasiswa membuktikan pemahamannya tentang materi kuliah
melalui perbuatan (kinerja), seperti jawabnya atas pertanyaan dalam ujian, atau
sikapnya dalam menghadapi masalah.
h. Fase Umpan Balik
·
Fase
ini sesungguhnya sejalan dengan fase kinerja, karena dari kinerja diperoleh juga
umpan balik.
·
Dalam
fase ini mahasiswa mengetahui tingkat pemahamanya tentang materi kuliah dari
kinerjanya sendiri, dalam arti hasil yang diperoleh dari kinerja kerja itu,
seperti nilai ujian, respon yang diberikan dosen, dll.
·
Umpan
balik berguna untuk peningkatan (perbaikan) mutu. Dari umpan balik dapat
diketahui apa yang harus diperbaiki.
Urutan fase – fase diatas adalah yang
umum (standar). Tetapi dapat juga terjadi bahwa urutan itu tidak diikuti,
misalnya langsung ke fase pemerhatian atau pemerolehan. Perubahan ini dapat
terjadi terutama karena situasi belajar mengajar yang dihadapi, termasuk cara –
cara penyajian materi kuliah oleh dosen. Tetapi bagaimanapun, fase – fase
tersebut perlu diperhatikan.
2. Fase – Fase dan Proses – Proses
Dalam Mengajar.
Fase – fase dan proses – proses dalam
mengajar disebut juga fase – fase dan proses – proses instruksional.
a. Fase Menimbulkan Motivasi
·
Langkah
pertama dalam penyajian materi kuliah ialah memotivasi mahasiswa, antara lain
dengan menjelaskan manfaat dan tujuan mata kuliah bagi mahasiswa,
menciptakan situasi M – M dikelas, dan mungkin juga dengan lelucon (Joke)
berkenaan dengan mata kuliah bersangkutan.
b. Fase Mengarahkan Perhatian
·
Setelah
adalah motivasi dalam diri mahasiswa, dosen dapat mulai mengarahkan perhatian
mereka pada meteri kuliah, dengan menyajikannya secara jelas dan sistemati
sehingga mudah diikuti dan dipahami.
c. Fase Membentuk Pemerolehan
·
Fase
ini sesungguhnya sejalan dengan fase pemerhatian. Dalam proses ini dosen
mempergunakan teknik – teknik penyajian yang efektif agar pemahaman mahasiswa
mantap dan cepat masuk kedalam ingatan jangka pendeknya. Teknik yang efektif
antara lain menggaris bawahi konsep – konsep penting atau menekankannya dengan
suara atau kata – kata khusus, dengan mempergunakan alat peraga (gambar, dll)
jika bendanya sendiri tak dapat ditujukan, atau dengan diagram, dan diskusi tim
serta tanya jawab.
d. Fase Membentuk Penyimpanan
·
Pada
fase ini dosen membantu mahasiswa memperoleh dan mempercepat proses penyimpanan
pemahaman materi kuliah ke dalam ingatan jangka panjang. Teknik yang efektif
antara lain ialah membuat rangkuman atau kesimpulan untuk dihapalkan mahasiswa,
memberikan latihan (PR), dan juga diskusi tim. Berbagai alat
bantu ingatan juga perlu dipergunakan
seperti “ jembatan keledai” (singkatan khusus) dan kartu istilah (kartu
dimana dituliskan istilah penting).
e. Fase Memperkuat Pengingatan
·
Mahasiswa
harus dibuat mampu mengingat apa yang telah dipelajarinya setepat mungkin.
Dosen perlu mempergunakan teknik – teknik efektif untuk memperkuat
pengingatan, antara lain kejelasan pengajian, pertanyaan yang tepat, latihan –
latihan yang sistematis, pengulangan pelajaran, dan diskusi tim
f. Fase Memperkuat Generalisasi
·
Fase
ini sangat penting, karena inilah indikator mutuperkuliahan dan mutu kemampuan
mahasiswa . Teknik – teknik efektif harus dipergunakan oleh dosen dalam
perkuliahan, seperti tes esei, menulis makalah, menguraikan sesuatu pertanyaan
secara lisan. Dan teknik yang paling efektif dan baik ialah diskusi.
Itulah maka pengaktifan diskusi tim mahasiswa sangat penting karena kegiatan
ini adalah latihan yang sangat baik dalam peningkatan kemampuan generalisasi
melalui pembicaraan dan mendengarkan pembicaraan. Latihan membuat ringkasan
atau kesimpulan bacaan juga teknik yang baik.
g. Fase Memantapkan Kinerja
·
Mahasiswa
harus mampu mempergunakan pengetahuan untuk mengatasi masalah atau tantangan
kehidupan. Dosen perlu berusaha menanamkan kemampuan ini. Teknik yang efektif
untuk ini antara lain PR, tanya jawab dikelas, diskusi tim, berbagai tes, dan
penulisan makalah. Dosen harus memeriksanya dan memberikan nilai sebagai
penghargaan
h. Fase Memantapkan Umpan Balik
·
Mahasiswa
harus mampu meningkatkan mutu pengetahuan secara mandiri dengan memperbaiki
kesalahan – kesalahan yang dilakukannya. Dosen juga harus membantu meningkatkan
kemampuan ini, anatara lain dengan cara memeriksa PR dan ujian mahasiswa serta
membicarakanya dikelas sehingga mahasiswa tahu mana yang benar dan mana yang
salah. Hasil pemeriksaan itu adalah umpan balik. Diskusi tim mahasiswa
juga adalah tehnik yang sangat efektif untuk memperoleh umpan balik. Berbagai
kelemahan disadari dan diperbaiki oleh mahasiswa melalui diskusi tim.
Kesimpulan
Sampai
sekarang terdapat 2 pendapat yang terus berkembang berebut pengaruh untuk
diaplikasi terkait proses belajar. Proses belajar di sekolah dirancang ke dalam
kurikulum. Kurikulum yang berlaku di sekolah SD, SMP, SMA, SMK bermerk
KTSP. Tulungagung mulai memberlakukan KTSP tahun ajaran 2007/2008.
Secara Spikologis, pada umumnya ada 8 fase dalam belajar, dan pada masing-masing fase itu terjadi proses-proses, di antaranya yaitu :
Secara Spikologis, pada umumnya ada 8 fase dalam belajar, dan pada masing-masing fase itu terjadi proses-proses, di antaranya yaitu :
Fase Motivasi
Fase Pemerhatian
Fase Pemerolehan
Fase Penyimpanan
Fase Pengingatan
Fase Generalisasi
Fase Kinerja, dan
Fase Umpan Balik
Sedangkan fase-fase dalam proses
mengajar di antaranya adalah :
Fase Menimbulkan Motivasi
Fase Mengarahkan Perhatian
Fase Membentuk Pemerolehan
Fase Membentuk Penyimpanan
Fase Memperkuat Pengingatan
Fase Memperkuat Generalisasi
Fase Memantapkan Kinerja, dan
. Fase Memantapkan Umpan Balik
Daftar Pustaka
Muslih Usa, 1991, Pendidikan Islam di Indonesia,
Antara Cita dan Fakta [Suatu Pengantar], Tiara Wacana, Yogyakarta.
Suyata, 1992, Penataan Kembali Pendidikan Islam pada
Era Kemajuan Ilmu dan Teknologi, UNISIA No. 12 Th. XIII, UII, Yogyakarta.
Soeroyo, 1991, Berbagai Persoalan Pendidikan,
Pendidikan Nasional dan Pendidikan Islam di Indonesia, Jurnal Ilmu
Pendidikan Islam, Problem dan Prospeknya, Volume I, Fak. Tarbiyah IAIN Suka,
Yogyakarta.
H.A.R. Tilaar, 1991, Sistem Pendidikan Nasional yang
Kondusif Bagi Pembangunan Masyarakat Industri Modern Berdasarkan Pancasila,
Makalah Utama Kongres Ilmu Pengetahuan Nasional V.
1. Definisi Proses Belajar
Proses adalah kata yang berasal dari bahasa latin
“processus” yang berarti “berjalan ke depan”. Kata ini mempunyai konotasi
urutan langkah atau kemajuan yang mengarah pada suatu sasaran atau tujuan.
Menurut Chaplin (1972), proses vadalah: Any change in any object or organism,
particulary a behaioral or psychological change (Proses adalah suatu perubahan
khususnya yang menyangkut perubahan tingkah laku atau perubahan kejiwaan).
Dalam psikologi belajar, proses berarti cara-cara atau langkah-langkah khusus yang
dengannya beberapa perubahan ditimbulkan hingga tercapainya hasil-hasil
tertentu (Reber, 1988).
Jika kita perhatikan ungkapan any change in any
object or organism dalam definisi Chaplin di atas dan kata-kata “cara-cara atau
langkah-langkah” (manners or operations) dalam definisi Reber tadi, istilah
“tahapan perubahan” dapat kita pakai sebagai padanan kata proses. Jadi, proses
belajar dapat diartikan sebagai tahapan perubahan perilaku kognitif, afektif,
dan psikomotor yang terjadi dalam diri siswa. Perubahan tersebut bersifat
positif alam arti berorientasi ke arah yang lebih maju daripada keasaan
sebelumnya.
2. Tahap-tahap Dalam Proses Belajar
a. Menurut Jerome S. Bruner
Karena belajar itu merupakan aktivitas yang
berproses, sudah tentu didalamnya terjadi perubahan-perubahan yang bertahap.
Perubahan-perubahan tersebut timbul melalui tahap-tahap yang antara satu dengan
lainnya bertalian secara berurutan dan fungsional. Menurut Burner, salah
seorang penentang teori S-R Bond yang terbilang vokal (Barlow, 1985), dalam
proses pembelajaran siswa menempuh tiga episode/ tahap, yaitu: 1) tahap
informasi (tahap penerimaan materi); 2) tahap transformasi (tahap pengubahan
materi); 3) tahap evaluasi (tahap penialain meteri)
Dalam tahap informasi, seorang siswa yang sedang
belajar memperoleh sejumlah keterangan mengenai materi yang sedang dipelajari.
Di antara informasi yang diperoleh itu ada yang sama sekali baru dan berdiri
sendiri, ada pula yang berfungsi menambah, memperhalus, dan memperdalam
pengeahuan yang sebelumnya telah dimiliki. Dalam tahap transformasi, informasi
yang telah diperoleh itu dianalisis, diubah, atau ditransformasikan menjadi
bentuk yang abstrak atau konseptual supaya kelak pada gilirannya dapat
dimanfaatkan bagi hal-hal yang lebih luas. Bagi siswa pemula, tahap ini akan
berlangsung sulit apabila tidak disertai dengan bimbingan anda selaku guru yang
diharapkan kompeten dalam mentransfer strategi kognitif yang tepat untuk
melakukan pembelajaran tertentu. Dalam tahap evaluasi, seorang siswa menilai
sendiri sampai sejauh mana informasi yang telah ditransfornasikan tadi dapat
dimanfaatkan untuk memahami gejala atau memecahkan masalah yang dihadapi. Tak
ada penjelasan rinci mengenai sara evaluasi ini, tetapi agaknya analogdengan
peristiwa retrieval untuk merespons lngkungan yang sedang dihadapi.
b. Menurut Arno F Wittig
Menurut Wittig (1981) dalam bukunya Psychology of
learning, setiap proses belajar selalu berlangsung dalam tiga tahapan yaitu: 1)
acquisition (tahap perolehan/penerimaan informasi); 2) storage (tahap
penyimpanan informasi); 3) retrieval (tahap mendapatkan kembali informasi) Pada
tingkatan acquisition seorang siswa mulai menerima informasi sebagai stimulus
dan melakukan respons terhadapnya, sehingga menimbulkan pemahaman dan perilaku
baru. Pada tahap ini terjadi pila asimilasi antara pemahaman dengan perilaku
baru dalam keseluruhan perilakunya. Proses acquisition dalam belajar merupakan
tahap paling mendasar. Kegagalan dalam tahap ini akan mengakibatkan kegagalan
pada tahap-tahap berikutnya. Pada tingkatan storage seorang siswa secara
otomatis akan mengalami proses penyimpanan pemahaman dan perilaku baru yang ia
proleh ketika menjalani proses acquitision. Peristiwa ini sudah tentu
melibatkan fungsi short term dan long term memori. Pada tingkatan retrieval
seorang siwa akan mengaktifkan kembai fungsi-fungsi sistem memorinya, misalnya
ketika ia menjawab pertanyaan atau memecahkan masalah. Proses retrieval pada
dasarnya adalah upaya atau peristiwa mental dalam mengungkapkan dan memproduksi
kembali apa-apa yang tersimpan dalam memori berupa informasi, simbol,
pemahaman, dan perilaku tertentu sebagai respons atau stimulus yang sedang
dihadapi.
sebelum kita membahas tentang Fase fase
dalam proses belajar sebelumya saya ingin mengulang tentang pengertian dan
proses belajar , proses belajar adalah tahapan tahapan perubahan perilaku
kognitif, afektif, dan psikomotor yang terjadi dalam siswa atau individu,
perubahan tersebut bersifat positif dalam arti yang lebih maju, dan berikut ini
Fase fase
dalam proses belajar atau tahapan tahapan dalam belajar, menurut beberapa
ahli, yang pertama menurut jerom S. Burner, dalam proses belajar siswa atau
individu menempuh tiga fase yaitu:
1. Fase informasi (tahap penerimaan informasi)
seorang siswa atau individu yang sedang belajaq memperoleh sejumlah keterangan /informasi mengenai materi yang sedang dipelajari, diantara informasi yang diperoleh itu ada yang baru dan bersifat berdiri sendiri ada juga yang berfungsi menambah, memperluas, dan memperdalam pengetahuan yang dimiliki.
2. Fase transformasi (tahap pengubahan materi)
informasi yang telah diperoleh dianalisis, diubah kebentuk yang abrtrak ,supaya dapat di manfaatkan bagi hal hal yang luas,
3. Fase evaluasi (tahap penilaian)
siswa atau individu akan menilai sendiri sejauh mana pengetahuan dimanfaatkan untuk memecahkan masalah.
Yang kedua menurut witting (1981) dalam bukunya psychology of learning setiap proses belajar selalu berlangsung dalam fase fase atau tahapan tahapan yang mencakup..
1. Acquisition (tahap perolehan /penerimaan informasi)
2. Storage (tahap penyimpanan informasi)
3. Retrival (tahap mendapat kan kembali informasi.)
sekian posting saya kali ini tentang Fase fase dalam proses belajar semoga apa yang saya sampaikan bermanfaat buat temen2 semua,
1. Fase informasi (tahap penerimaan informasi)
seorang siswa atau individu yang sedang belajaq memperoleh sejumlah keterangan /informasi mengenai materi yang sedang dipelajari, diantara informasi yang diperoleh itu ada yang baru dan bersifat berdiri sendiri ada juga yang berfungsi menambah, memperluas, dan memperdalam pengetahuan yang dimiliki.
2. Fase transformasi (tahap pengubahan materi)
informasi yang telah diperoleh dianalisis, diubah kebentuk yang abrtrak ,supaya dapat di manfaatkan bagi hal hal yang luas,
3. Fase evaluasi (tahap penilaian)
siswa atau individu akan menilai sendiri sejauh mana pengetahuan dimanfaatkan untuk memecahkan masalah.
Yang kedua menurut witting (1981) dalam bukunya psychology of learning setiap proses belajar selalu berlangsung dalam fase fase atau tahapan tahapan yang mencakup..
1. Acquisition (tahap perolehan /penerimaan informasi)
2. Storage (tahap penyimpanan informasi)
3. Retrival (tahap mendapat kan kembali informasi.)
sekian posting saya kali ini tentang Fase fase dalam proses belajar semoga apa yang saya sampaikan bermanfaat buat temen2 semua,
fase-fase, proses, efisiensi, efektifitas belajar
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut asal katanya, psikologi berasal dari bahasa Yunani; Psyche yang
artinya jiwa, dan logos berarti ilmu. Jadi secara harfiah psikologi berarti
ilmu jiwa. Menurut Rene Descartes (1596-1650) ilmu jiwa adalah ilmu tentang
kesadaran. Ilmu jiwa adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku
manusia dalam hubungannya dengan lingkungannya.
Defenisi dari belajar yaitu “Mengubah atau memperbaiki
tingkah laku melalui latihan, pengalaman dan kontak dengan lingkungan”. Belajar
Pendidikan adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat
fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan
Cuplikan tersebut penulis akan kupas dipembahasan berikutnya.
Oleh karena itu, perlu mempersiapkan mahasiswanya sedini mungkin guna
menghadapi pemahaman tentang fase, proses, efisiensi, efektifitas belajar
tersebut dan agar terciptanya sosok mahasiswa yang cerdik dalam pemahaman
materi tersebut..
Memang disadari makalah tersebut dianggap amat sangat perlu sekali
dipelajari oleh Mahasiswa. Karena dengan penguasaan dari ilmu-ilmu tersebut
diharapkan Mahasiswa mempunyai modal guna mengajarkan disekolah formal atau non
formal.
B. Perumusan Masalah
Uraian latar belakang masalah tersebut, dapat diklasifikasikan bahwa
rumusan masalah adalah:
1. Pengertian Ilmu Jiwa Belajar.
2. Fase-fase Belajar
3. Proses Belajar
4. Efisiensi Belajar
5. Efektifitas Belajar
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Ilmu Jiwa Belajar [1]
Menurut asal katanya, psikologi berasal dari bahasa Yunani; Psyche yang
artinya jiwa, dan logos berarti ilmu. Jadi secara harfiah psikologi berarti
ilmu jiwa. Menurut Rene Descartes (1596-1650) ilmu jiwa adalah ilmu tentang
kesadaran. Ilmu jiwa adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku
manusia dalam hubungannya dengan lingkungannya.
Defenisi dari belajar yaitu “Mengubah atau memperbaiki tingkah laku
melalui latihan, pengalaman dan kontak dengan lingkungan”. Belajar Pendidikan
adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental
dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan.
B. Fase-Fase Belajar [2]
Secara Spikologis, pada umumnya ada 8 fase dalam belajar
a.
Fase Motivasi
Timbulnya motivasi (dorongan belajar)
dalam diri mahasiswa. Ada Dua jenis motivasi :
(1). Motivasi Intrinsik
Dorongan
yang timbul dalam diri mahasiswa, karena stimulus (rangsangan) dari
dalam dirinya sendiri. Stimulus itu antara lain minat, bakat, cita-cita,
kepuasan melakukan sesuatu dengan berhasil.
(2). Motivasi Ekstrinsik
Dorongan yang timbuk dalam diri mahasiswa, karena
stimulus dari luar, seperti penghargaan atas kinerja, pujian, atau upah yang
diberikan pihak lain.
b.
Fase Pemerhatian
Pemerhatian
pada materi perkuliahan yang sedang (akan segera) disajikan. Ini timbul dengan
baik setelah ada motivasi. Ada tiga proses yang terjadi :
(1). Proses memperhatikan
(2). Proses menanggapi (memasukkan kedalam
persepsi)
(3). Proses memahami.
c.
Fase Pemerolehan
Proses
memahami (memeroleh), memasukkannya kedalam ingatan jangka pendek
(short-term memory), dan dari sana akan disimpan dalam ingatan jangka panjang
(long-term memory). Proses ini disebut juga pelambangan (encoding).
d.
Fase Penyimpanan
Apa yang sudah dipahami dan dimasukkan kedalam ingatan jangka
pendek dimasukkan dalam ingatan jangka panjang kemudian, dan disimpan.
e.
Fase Pengingatan
Proses mengingat kembali apa yang telah dipelajari (disimpan
dalam ingatan jangka panjang)
f.
Fase Generalisasi
Fase inilah sesungguhnya tujuan akhir belajar. Kemampuan
Generalisasi adalah indikator mutu pemahaman mahasiswa tentang materi kuliah.
g.
Fase Kinerja
proses dimana mahasiswa membuktikan pemahamannya tentang
materi kuliah melalui perbuatan (kinerja), seperti jawabnya atas pertanyaan
dalam ujian, atau sikapnya dalam menghadapi masalah.
h.
Fase Umpan Balik
Fase ini sesungguhnya sejalan dengan fase kinerja, karena
dari kinerja diperoleh juga umpan balik.Umpan balik berguna untuk peningkatan
(perbaikan) mutu. Dari umpan balik dapat diketahui apa yang harus diperbaiki.
C. Proses Belajar
Definisi Proses Belajar[3], Proses adalah kata yang
berasal dari bahasa latin processus yang berarti berjalan kedepan,
proses adalah suatu perubahan khususnya yang menyangkut perubahan tingkah laku
atau perubahan kejiwaan. Dalam psikologi belajar, proses berarti cara-cara atau
langkah-langkah khusus yang dengannya beberap perubahan ditimbulkan hingga
tercapainya hasil-hasil tertentu.
Proses belajar merupakan sesuatu yang sangat penting di dalam kehidupan
seseorang, karena dengan belajar seseorang baru akan mampu membuat perubahan di
dalam hidupnya.
faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi proses belajar, seperti:
1.
Kemampuan pembawaannya
Karena kita
ketahui bahwasannya tidak ada dua orang yang sama pembawaannya. Juga di dalam
kemanpuan tiap orang mempunnyai potensi kemampuan sendiri-sendiri.
2.
Kondisi Fisiknya
Orang yang
belajar tidak terlepas dari kondisi fisiknya. Menurut penyelidiakn yang telah
dilakukan oleh saah seorang mahasiswa FIP UGM yogyakarta ternyata kondisi fisik
mempengaruhi belajar anak.
3.
Kondisi Psikis Anak
Selain kondisi
fisik, kondisi psikis juga harus diperhatikan, keadaan psikis yang kurang baik
banyak sebabnya, mungkin ditimbulkan oleh keadaan fisik yang tidak baik, sakit,
cacat, mungkin disebabkan oleh gangguan atau keadaan lingkungan
4.
Kemauan Belajar
Kemauan ini
memegang peranan yang penting didalam belajar. Adanya kemauan dapat mendoroang
belajar dan sebaliknya tidak ada kemauan dapat memperlemah belajar.
5.
Sikap pelajar terhadap guru, mata pelajaran dan pengertian mereka
mengenai kemajuan mereka sendiri
6.
Bimbingan
Di dalam belajar
anak membutuhkan bimbingan. Bimbingan ini perlu diberikan untuk mencegah
usaha-usaha yang membuta, hingga anak tidak mengalami kegagalan, melainkan
dapat membawa kesuksesan. Bimbingan dapat menghindarkan kesalahan dan
memperbaikinya.
Ruang lingkup mengenai proses belajar adalah
1)
Tahap perbuatan belajar
2)
Perubahan-perubahan jiwa yang terjadi selama belajar
3)
Pengaruh pengalaman belajar terhadap perilaku individu
4)
Pengaruh motivasi terhadap perilaku belajar.
5) Signifikasi perbedaan individual dalam kecepatan
memproses kesan dan keterbatasan kapasitas individu dalam belajar
6) Masalah proses lupa dan kemampuan
individu mempelajari melalui transfer belajar.
D. Efisiensi Belajar [4]
ada dua macam Efisiensi hasil Belajar, yaitu:
1.
Efisiensi usaha belajar
Suatu kegiatan belajar dapat dikatakan efisien kalau prestasi
belajar yang diinginkan dapat dicapai dengan usahayang minimal. seperti: tenaga
dan pikiran, waktu, peralatan belajar, dan lain-lain.
2.
Efisiensi hasil belajar
sebuah kegiatan belajar dapat pula dikatakan efisien apabila
dengan usaha belajar tertentu dapat memberikan prestasi belajar yang tinggi.
Ada beberapa factor yang mempengaruri keefisienan belajar,
yaitu :
1.
Kemampuan pembawaannya
Karena kita
ketahui bahwasannya tidak ada dua orang yang sama pembawaannya. Juga di dalam
kemanpuan tiap orang mempunnyai potensi kemampuan sendiri-sendiri.
2.
Kondisi Fisiknya
Orang yang
belajar tidak terlepas dari kondisi fisiknya. Menurut penyelidikan ternyata
kondisi fisik mempengaruhi belajar anak.
3.
Kondisi Psikis Anak
Selain kondisi
fisik, kondisi psikis juga harus diperhatikan, keadaan psikis yang kurang baik
banyak sebabnya, mungkin ditimbulkan oleh keadaan fisik yang tidak baik, sakit,
cacat, mungkin disebabkan oleh gangguan atau keadaan lingkungan
4.
Kemauan Belajar
Kemauan ini
memegang peranan yang penting didalam belajar. Adanya kemauan dapat mendoroang
belajar dan sebaliknya tidak ada kemauan dapat memperlemah belajar.
5.
Sikap pelajar
Sikap pelajar
terhadap guru, mata pelajaran dan pengertian mereka mengenai kemajuan mereka
sendiri
6.
Bimbingan
Di dalam belajar
anak membutuhkan bimbingan. Bimbingan ini perlu diberikan untuk mencegah
usaha-usaha yang membuta, hingga anak tidak mengalami kegagalan, melainkan
dapat membawa kesuksesan. Bimbingan dapat menghindarkan kesalahan dan
memperbaikinya.
E. Efektifitas Belajar [5]
Pengertian belajar efektif adalah suatu aktivitas yang dilakukan secara
sadar untuk mendapatkan sejumlah kesan dari bahan yang telah dipelajari,
Menurut James O. Wittaker belajar dapat didefinisikan sebagai proses dimana
tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman. sedangkan
menurut Cronbach belajar yang efektif adalah melalui penglaman. Dan menurut
Howard L. Kingsley belajar adalah proses dimana tingkah laku (dalam arti luas)
ditimbulkan atau diubah melalui praktek dan latihan.
a. Beberapa macam-macam belajar efektif, yaitu:
ü
Bertanggung jawab atas dirimu sendiri.
Tanggung jawab
merupakan tolok ukur sederhana di mana kamu sudah mulai berusaha menentukan
sendiri prioritas, waktu dan sumber-sumber terpercaya dalam mencapai kesuksesan
belajar.
ü
Pusatkan dirimu terhadap nilai dan prinsip yang kamu percaya.
Tentukan sendiri
mana yang penting bagi dirimu. Jangan biarkan teman atau orang lain mendikte
kamu apa yang penting.
ü
Kerjakan dulu mana yang penting.
Kerjakanlah dulu
prioritas-prioritas yang telah kamu tentukan sendiri. Jangan biarkan orang lain
atau hal lain memecahkan perhatianmu dari tujuanmu.
ü
Anggap dirimu berada dalam situasi "co-opetition" (bukan
situasi "win-win" lagi).
"Co-opetition"
merupakan gabungan dari kata "cooperation" (kerja sama) dan
"competition" (persaingan). Jadi, selain sebagai teman yang membantu
dalam belajar bersama dan banyak memberikan masukkan/ide baru dalam mengerjakan
tugas, anggaplah dia sebagai sainganmu juga dalam kelas. Dengan begini, kamu
akan selalu terpacu untuk melakukan yang terbaik (do your best) di dalam
kelas.
ü
Pahami orang lain, maka mereka akan memahamimu.
Ketika kamu
ingin membicarakan suatu masalah akademis dengan guru/dosenmu, misalnya
mempertanyakan nilai matematika atau meminta dispensasi tambahan waktu untuk
mengumpulkan tugas, tempatkan dirimu sebagai guru/dosen tersebut. Nah, sekarang
coba tanyakan pada dirimu, kira-kira argumen apa yang paling pas untuk
diberikan ketika berada dalam posisi guru/dosen tersebut.
ü
Cari solusi yang lebih baik.
Bila kamu tidak
mengerti bahan yang diajarkan pada hari ini, jangan hanya membaca ulang bahan
tersebut. Coba cara lainnya. Misalnya, diskusikan bahan tersebut dengan
guru/dosen pengajar, teman, kelompok belajar atau dengan pembimbing akademismu.
Mereka akan membantumu untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik.
ü
Tantang dirimu sendiri secara berkesinambungan.
Dengan cara ini,
belajar akan terasa mengasyikkan, dan mungkin kamu mendapatkan ide-ide yang
cemerlang.
b. Langkah-langkah belajar efektif [6] adalah
- diri sendiri
- kemampuan belajar anda
- proces yang berhasil anda gunakan, dan dibutuhkan
- minat, dan pengetahuan atas mata pelajaran anda inginkan
c. Cara belajar efektif [7]
Cara Belajar Efektif Tidak ada dua orang yang belajar dengan
cara yang sama, dan ada sedikit keraguan bahwa cara untuk satu orang mungkin
tidak efektif bagi orang lain. Namun, ada beberapa teknik umum yang tampaknya
menghasilkan hasil yang baik. Akan sangat menarik jika belajar itu tidak di
anggap bekerja tetapi kesenangan.
v
Mengatur Jadwal
Bahkan sebelum
Anda mulai berpikir tentang proses belajar, Anda harus mengembangkan jadwal.
Jika Anda tidak memiliki jadwal atau rencana untuk belajar
v
Tempat Yang Tepat Untuk belajar
Anda bisa
belajar di mana saja. Jelas, beberapa tempat lebih baik daripada yang lain
adalah Perpustakaan atau kamar pribadi yang terbaik.
v
Keterampilan berpikir
Setiap orang
memiliki kemampuan berpikir, tetapi gunakan sedikit secara efektif.
keterampilan berpikir yang efektif tidak dapat dipelajari, tetapi harus
dibangun selama jangka waktu tertentu.
v
Ajukan Pertanyaan
Mengajukan
pertanyaan untuk belajar. Hal-hal penting untuk belajar biasanya jawaban atas
pertanyaan. Pertanyaan harus mengarah pada penekanan pada apa, mengapa,
bagaimana, kapan, siapa dan di mana isi studi.
v
Membaca
Sebuah cara
utama dengan mana Anda mendapatkan informasi adalah melalui membaca. Di
perguruan tinggi Anda diharapkan untuk membaca lebih banyak daripada di sekolah
tinggi. Jangan berasumsi hanya karena Anda telah “membaca” tugas yang adalah
akhir dari itu.
v
Ucapkan
Ketika Anda
membaca, Anda berhenti membaca secara berkala untuk mengingat apa yang Anda
baca.
v
Mencatat
Seperti membaca,
mencatat adalah keterampilan yang harus dipelajari dan disempurna kan. Hampir
selalu, mencatat, atau kurangnya, adalah kekurangan konstan dalam metode studi.
Belajar bahan catatan baik mengambil agak mudah, menerapkannya untuk situasi
Anda sendiri tergantung pada seberapa serius.
v
Garis Tulisan atau Menandai Tulisan yang di Baca
Pertama-tama,
jangan menggarisbawahi. Gunakan stabilo. Pengalaman menunjukkan bahwa
bagian-bagian teks yang disorot lebih mudah diingat daripada bagian yang sama
digarisbawahi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ø Ilmu jiwa adalah ilmu pengetahuan yang
mempelajari tingkah laku manusia dalam hubungannya dengan lingkungannya.
Ø Defenisi dari belajar
yaitu “Mengubah atau memperbaiki tingkah laku melalui latihan, pengalaman dan
kontak dengan lingkungan”.
Ø Fase-Fase Belajar
§ Fase Motivasi
(1). Motivasi Intrinsik
(2). Motivasi Ekstrinsik
§ Fase Pemerhatian
(1). Proses memperhatikan
(2). Proses menanggapi (memasukkan kedalam
persepsi)
(3). Proses memahami.
§ Fase Pemerolehan
§ Fase Penyimpanan
§ Fase Pengingatan
§ Fase Generalisasi
§ Fase Kinerja
§ Fase Umpan Balik
Ø psikologi proses belajar
berarti cara-cara atau langkah-langkah khusus yang dengannya beberap perubahan
ditimbulkan hingga tercapainya hasil-hasil tertentu.
Ø macam Efisiensi hasil
Belajar, yaitu:
· Efisiensi
usaha belajar
· Efisiensi
hasil belajar
Ø Factor-factor keefisienan belajar, yaitu:
kemampuan pembawaannya, kondisi fisiknya, kondisi psikis anak, kemauan belajar,
sikap pelajar, bimbingan
Ø belajar efektif adalah suatu aktivitas yang
dilakukan secara sadar untuk mendapatkan sejumlah kesan dari bahan yang telah
dipelajari.
B. Saran
Setelah kita membaca dan mengetahui semua hal mengenai uraian diatas yang
tempatnya salah dan khilaf. Penulis
menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ilmu jiwa belajar ini yang berjudul fase, proses,
efisiensi, efektifitas belajar masih
terdapat banyak kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca setia dan sebagai bekal untuk
penulis pembelajaran agar kedepannya lebih baik dalam penyusunan makalah.
DAFTAR PUSTAKA