Cinta Monyet di Senja Pantai Trisik

Foto Sepasang Remaja di Pantai Trisik
JIBI/Harian Jogja/Arif Wahyudi
Beberapa goresan lambang keabadian cinta terlukis di gumuk pasir Pantai Trisik. Goresan-goresan itu merupakan kreasi dari sejumlah anak baru gede (ABG) yang mulai mengenal cinta. Pantai Trisik seperti menjadi saksi bisu ikrar kesetiaan dari sejoli yang mulai merasakan ada benih-benih cinta dalam dirinya.
Semburat merah tampak menghias cakrawala di ufuk barat Pantai Trisik, Kamis (27/6/2013). Cuaca cerah membuat Sang Surya terlihat indah ketika akan berjalan kembali ke singgasananya. Deburan ombak silih berganti datang mendekat sehingga semakin menambah romantisme senja. Sebentar lagi gelap malam akan datang dan keindahan senja di pantai itu akan terlewati.
Terlihat di sana beberapa pasangan remaja masih setia untuk menikmati romantisme senja di tempat itu. Ada yang menyusuri pantai sembari bergandengan tangan, ada juga yang saling kejar-kejaran saling lempar gumpalan gumuk pasir yang basah terjilat ombak. Ada pula yang sekadar duduk berdekatan membuat prasasti di gumuk pasir tentang kesetian diri masing-masing dari mereka.
Tulisan Dian Love Andri, Forever terbingkai oleh goresan berbentuk hati yang tertusuk anak panah begitu besarnya terpampang di hamparan pasir. Ada juga yang mengasah kreativitas dengan menggambar dua insan beda jenis saling berpegangan tangan. Kendati hasilnya belum sempurna namun itulah gejolak hati yang mereka ungkapkan melalui hamparan pasir itu.
Ya, itulah gambaran romantisme yang terjadi kala itu. Kemesraan cinta monyet berbalut keindahan panorama di kala senja. Desi, 17, dan Agung, 17, dua sejoli dari sekian pasangan ABG yang tengah larut dalam persoalan hati.
Mereka saling obral janji kesetiaan di senja pantai itu. Tak ingin ketinggalan dengan sejoli-sejoli lainnya, mereka juga menambatkan sebuah prasasti di gumuk pasir terhampar itu. Duduk saling berhadapan, keduanya berusaha membuat gunungan dari pasir.
Entah pernik apa yang akan mereka kiaskan dalam gunungan itu. Belum selesai merampungkan karyanya, ombak datang. Gunungan cinta itu pun hancur tersapu ombak. “Yah, hancur deh,” keluh Desi. “Kita coba buat lagi,” ujar Agung mencoba menghibur pacarnya.
Tapi percuma, apa yang mereka lakukan tetap saja tak membuahkan hasil. Ombak selalu datang dan justru gulungannya semakin mendekat ke tempat mereka berada. Akhirnya mereka pun menyerah. Keduanya lantas bangkit dari hamparan pasir itu. Berdiri saling menghadap ke arah luasnya lautan. Mereka malu-malu kucing ketika koran ini menghampiri keduanya.
Keduanya ternyata baru duduk di bangku kelas XI salah satu sekolah negeri di Kulonprogo.
Dua tahun sudah mereka mereka berpacaran. Selama itu pula mereka menyembunyikan status hubungannya pada kedua orangtua masing-masing. “Sama bapak kan belum boleh pacaran. Suruh konsenstrasi belajar dulu,” papar Desi.
Dua tahun berlalu, tak pernah sedikit pun pacaran negatif mereka peragakan. Ungkapan yang mereka lakukan hanyalah saling memberi motivasi dalam segala apa pun. Prestasi belajar keduanya pun tak tidak turun dengan adanya hubungan khusus itu. Justru sebaliknya, saling memberi motivasi belajar akhirnya menumbuhkan efek positif. “Terakhir saya ranking dua, kalau Agung ranking tujuh,” sambung Desi.
Tidak ada lagi yang mereka sampaikan. Hitam pekat di atas cakrawala perlahan mulai menggeser semburat merah yang menghias senja di pantai itu. Sebentar lagi gelap malam akan menyelimuti tempat dua sejoli tadi menikmati keindahan senja. Mereka berlalu dalam gandengan tangan yang erat saling menggenggam.
  • Blogger Comments
  • Facebook Comments
Item Reviewed: Cinta Monyet di Senja Pantai Trisik Rating: 5 Reviewed By: stzuriah.blogger.com