Sementara ini, mereka menyiapkan 1.600 bibit tumbuhan varietas lokal guna melancarkan program itu.
Hal itu sebagaimana disampaikan pendamping kelompok tani itu, Mujianto saat ditemui Solopos.com di Boyolali, Selasa (30/4/2013).
“Jika satu pendaki membawa satu bibit dan menanamnya, bisa ratusan pohon dalam sekan bertambah di gunung,” ujarnya.
Dia mengatakan hal itu sebagai ajakan pecinta alam untuk tak hanya menikmati Gunung Merapi dan Gunung Merbabu. Melainkan, kalangan tersebut juga diharapnya berperan aktif dalam menjaga keseimbangan.
Mujianto belum mengatakan bagaimana pola pembiayaan penyediaan bibit untuk program tersebut. Namun, minimal dia bersama kelompok tani beraksi lebih dulu sebagai pioner menggugah kesadaran pecinta alam. “Semestinya harus ada koordinasi. Namun kami akan berbuat lebih dulu sebelum mengajak yang lain.”
Penanaman pohon di gunung, lanjut dia, berfungsi menanggulangi erosi. Dia mengatakan kelompok tani Samiran memilih tanaman lokal, yakni varietas dadap eri.
“Pilihan sementara dadap eri. Itu pohon endemik, mudah tumbuh dan merupakan tanaman lokal penahan erupsi yang kuat. Dadap eri pun hampir punah,” tukasnya
Dia dan rekan-rekan berencana mengalokasikan tanaman itu hingga Mei nanti. “Waktu yang tepat untuk menanam di Merapi adalah Februari-Maret. Kami sudah mulai menanam di bagian bawah. Sementara untuk Merbabu, kami bisa menanam hingga permukaan atas, mungkin sampai Mei nanti bisa, tapi 1.600 bibit dimungkinkan belum bisa habis,” tandasnya.
Kabid Perkebunan pada Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan (Distanbunhut) Boyolali, Widodo, merespons positif gagasan itu. “Saya pernah di bidang kehutanan. Dadap eri memang pas karakternya untuk tanaman wilayah konservasi,” katanya saat dihubungi Solopos.com.
Dia menjelaskan program penanaman pohon dengan karakter serupa pernah dilakukan di lereng Gunung Merapi. “Dulu pernah. Ada programnya, namun untuk sekarang mungkin bisa ditanyakan kepada bagian kehutanan,” imbuhnya.
Rabu, 1 Mei 2013 07:39 WIB | Oriza Vilosa/JIBI/SOLOPOS