SURABAYA –
Legal Affairs Director Microsoft Indonesia Reza Topobroto menyatakan
infeksi perangkat lunak perusak (malware) meningkat enam kali
dibandingkan dengan studi sebelumnya karena minimnya kesadaran
menggunakan software asli.
“Sesuai hasil studi forensik pada ancaman malware (malicious dan software, red.) dengan memeriksa 282 personal computer (PC) merek ternama yang di-install dengan software bajakan beserta DVD software palsu asal Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand, dan Vietnam, ditemukan 59 persen di antaranya terinfeksi malware,” ujarnya di Surabaya, Kamis (18/4/2013).
Hasil temuan Tim Microsoft Security Forensics, kata dia, di dalam salinan Windows tertanam perangkat lunak perusak itu yang tersebar di banyak merek PC terkemuka, yakni Acer, Asus, Dell, HP, Lenovo, dan Samsung.
“Kami yakin software palsu maupun malware bukan berasal atau ter-install dari pabrikan PC itu. Ada kemungkinan komputer itu dijual dengan sistem operasi non-Windows dan diganti oleh individu yang berada pada rantai penjualan atau toko yang menduplikasi ilegal serta menyalurkan software bajakan,” ucapnya.
Di sisi lain, hingga sekarang banyak orang beranggapan membeli PC merek ternama menjamin keamanan dan kenyamanan dalam pengalaman berkomputasi.
“Mereka tidak berpikir dua kali tentang keaslian software yang dijual dengan komputer. Pelanggan harus hati-hati saat mereka berpikir ada tawaran yang menarik,” tuturnya.
Ia juga menggemukakan bahwa sebanyak 59,09 persen dari sampel “Hard Disc Drive/HDD” di Indonesia terinfeksi malware dan 100 persen dari sampel DVD terinfeksi perangkat lunak perusak itu.
Sementara itu, Subdirektorat Industri Perdagangan Direktorat II Tipideksus Bareskrim Mabes Polri, AKBP Rusharyanto, menyarankan agar konsumen melindungi diri dari malware dan pembajakan dengan membeli perangkat lunak resmi.
“Memakai PC dengan software palsu itu ibarat pindah ke lingkungan tidak aman dan meninggalkan pintu dalam kondisi terbuka. Pengguna software palsu tidak akan memiliki jaminan kegiatan dan komunikasi mereka aman dari kejahatan dunia maya,” ujarnya.
Jumat, 19 April 2013 01:15 WIB | JIBI/SOLOPOS/Antara |
“Sesuai hasil studi forensik pada ancaman malware (malicious dan software, red.) dengan memeriksa 282 personal computer (PC) merek ternama yang di-install dengan software bajakan beserta DVD software palsu asal Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand, dan Vietnam, ditemukan 59 persen di antaranya terinfeksi malware,” ujarnya di Surabaya, Kamis (18/4/2013).
Hasil temuan Tim Microsoft Security Forensics, kata dia, di dalam salinan Windows tertanam perangkat lunak perusak itu yang tersebar di banyak merek PC terkemuka, yakni Acer, Asus, Dell, HP, Lenovo, dan Samsung.
“Kami yakin software palsu maupun malware bukan berasal atau ter-install dari pabrikan PC itu. Ada kemungkinan komputer itu dijual dengan sistem operasi non-Windows dan diganti oleh individu yang berada pada rantai penjualan atau toko yang menduplikasi ilegal serta menyalurkan software bajakan,” ucapnya.
Di sisi lain, hingga sekarang banyak orang beranggapan membeli PC merek ternama menjamin keamanan dan kenyamanan dalam pengalaman berkomputasi.
“Mereka tidak berpikir dua kali tentang keaslian software yang dijual dengan komputer. Pelanggan harus hati-hati saat mereka berpikir ada tawaran yang menarik,” tuturnya.
Ia juga menggemukakan bahwa sebanyak 59,09 persen dari sampel “Hard Disc Drive/HDD” di Indonesia terinfeksi malware dan 100 persen dari sampel DVD terinfeksi perangkat lunak perusak itu.
Sementara itu, Subdirektorat Industri Perdagangan Direktorat II Tipideksus Bareskrim Mabes Polri, AKBP Rusharyanto, menyarankan agar konsumen melindungi diri dari malware dan pembajakan dengan membeli perangkat lunak resmi.
“Memakai PC dengan software palsu itu ibarat pindah ke lingkungan tidak aman dan meninggalkan pintu dalam kondisi terbuka. Pengguna software palsu tidak akan memiliki jaminan kegiatan dan komunikasi mereka aman dari kejahatan dunia maya,” ujarnya.
Jumat, 19 April 2013 01:15 WIB | JIBI/SOLOPOS/Antara |